(Ist/Telegraph)
Si anak, Xaio Feng, mengetahui jika dirinya kerap menjadi sasaran pemain tertentu ketika bermain game kesukaannya. Gamer tersebut diakuinya jauh lebih mahir ketimbang dirinya.
Mencurigai ada sesuatu yang tidak beres, Feng pun berupaya mengajak gamer tersebut berbicara. Alangkah terkejutnya Feng saat lawannya tersebut mengatakan dia dibayar untuk 'membunuhnya'.
Seperti dilansir Telegraph , Gamer itu akhirnya mengaku bahwa ayah Feng lah yang membayarnya untuk membuatnya jera.
Sudah tiga bulan lamanya, Feng meninggalkan pekerjaannya di sebuah perusahaan pengembang software. Sejak saat itu, ayahnya merasa putranya sengaja menghabiskan waktu menganggurnya dengan bermain video game ketimbang mencari pekerjaan baru.
Feng yang memang mengakui dirinya kecanduan video game, bertengkar dengan ayahnya soal ini. Kepada ayahnya, dia bahkan menegaskan akan tetap bermain video game.
Kecanduan internet dan video game memang meluas di China. Itu sebabnya, di 2007, pemerintah negeri Tirai Bambu tersebut meluncurkan tempat rehabilitasi sekaligus markas untuk melawan kecanduan internet dan game.
Meski tegas, pemerintah China tidak memperbolehkan hukuman fisik dan cara-cara kekerasan dalam merehabilitasi para pecandu internet. Aturan ini dikeluarkan pada 2009 setelah sejumlah klinik rehabilitasi memperlakukan pasiennya secara tidak manusiawi.
Beruntung, ayah Feng tidak sampai meminta bantuan lembaga pemerintah untuk mengakhiri kecanduan anaknya. Feng sendiri berjanji kepada sang ayah untuk segera mencari pekerjaan yang dia senangi.
sumber:koran tadi