Telah bersabda Rasulullah, “Akan terjadi suatu perselisihan ketika meninggalnya seorang khalifah. Maka keluarlah seorang laki-laki dari penduduk Madinah dan ia lari ke Mekah. Lalu datanglah kepadanya orang-orang yang berasal dari penduduk Mekah, dan mereka membawa laki-laki tersebut dengan paksa kemudian membai’atnya antara sudut Ka’bah dengan maqam Ibrahim.”
Riwayat Ahmad dan Abu Dawud dari Ummu Salamah. Riwayat Ibn Abi Syaibah dan Thabrani dalam Al Ausath.
Pada kalimat: “…akan terjadi suatu perselisihan ketika matinya seorang khalifah…” menerangkan bahwa waktu kemunculan Al Mahdi adalah pada masa awal kematian seorang khalifah dengan timbulnya perselisihan dan peperangan untuk merebut kekuasaan. Maka orang-orang pun membai’at Al Mahdi pada waktu itu.
Telah bersabda Rasulullah,
“Pusat kepemimpinan kaum Muslimin pada hari peperangan yang paling besar (Al Malhamah Al Kubra) adalah di sebuah negeri yang bernama Ghuthah, yang mana di negeri itu terdapat sebuah kota yang bernama Damsyik (Damaskus). Ia merupakan tempat tinggal yang terbaik bagi kaum Muslimin pada waktu itu.”
Hadits Shahih yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud dan Al Hakim. Dishahihkan oleh Al Albaani dalam Shahih Al Jami’.
Al Mahdi akan memimpin kaum Muslimin pada peperangan yang paling besar (Al Malhamah Al Kubra) dan tempat yang akan menjadi pusat kepemimpinan (komando) beliau adalah di Ghuthah dekat Damsyik (Damaskus). Karena itulah Damaskus akan menjadi tempat tinggal yang terbaik bagi Muslimin pada waktu itu.
Sedangkan kaum Rum akan bergerak menuju Syiria dan turun di kota A’maq atau di Dabiq yang terletak di dekat Damsyik dalam sebuah kumpulan bala tentara dengan delapan puluh bendera, yangmana dibawah tiap-tiap bendera tersebut terdapat 12.000 tentara.